Pada rindu yang tak berbalas,
Kuhabiskan malam dengan menuliskan puisi
yang mungkin tak akan pernah kaubaca: meskipun kuberi judul sama dengan namamu.
Pertemuan jari dan keyboard menjadi hampa,
Kata yang kuketikkan jadi tak berirama: seperti lagu tanpa suara
Lalu kau menari, indah gemulai: di kelopak mataku!
Aku tak pungkiri, ya, aku tak pungkiri
Tak bisa aku pungkiri
Bahwa di setiap detak jantung menyebarkan oksigen di tubuhku,
Setiap itu menjauh menguap bayang kehangatan yang setiap itu juga kuharap.
Mawar yang selalu kubeli selalu saja layu sebelum kaunikmati harumnya
Lagu yang berjuta kucipta selalu saja kehilangan nada sebelum kaupuji betapa merdunya
Ah, mengharap kecantikan surgawi selalu saja membuatku lebih lemah dari makhluk terlemah
Dan selalu, selalu
Puisi berjudul sama dengan namamu selalu hanya aku yang tahu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar