Tanah lapang, itulah tempatku dan kawan-kawan melewati
keriangan kanak-kanak. Tanah lapang. Ya, tanah yang lapang. Tanah yang
benar-benar lapang. Tanah kosong yang hanya ditumbuhi perdu di pinggirnya.
Sisanya tanah. Tanah kami! Tanah main kami!
Tak ada
yang tak bisa kami lakukan di sana
Aku tak
akan lupa bagaimana susah payahnya kuterbangkan layang-layang. Tak akan lupa bagaimana riangnya kami membuat
garis pembentuk lapangan aneka permainan. Tak akan lupa riangnya kami bersepeda.
Tak lupa saat-saat kami berlarian saling mengejar. Saling mengejar. Saling
mengejar! Dan jangan tanya tentang sepak bola.
Kini aku
kembali. Kambali. Tapi tidak ke masa itu. Tidak ke masa ‘yang-ada-hanya-ceria’
itu. Aku kembali ke sini. Tanah lapang itu. Tanah kami. Tanah main kami! Bukan!
Aku tak kembali ke sana. Aku tak melihat keriangan lagi. Tak ada peluh ceria
lagi. Yang ada hanya gedung-gedung angkuh yang tak saling menyapa.
Yang
tersisa hanya memori !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar