Translate

Rabu, 20 Februari 2013

SEMOGA


KULIHAT arloji. Angka berdua belas di sana mengejekku. Rasanya ingin kuhajar mereka. Entah mereka paham atau tidak apa yang kurasakan. Nanti mereka pasti mengerti. Apabila tiba saatnya mereka jadi manusia.
          Takut adalah hal yang wajar bagi manusia. Aku hanya merasa takut saat ini. Napasku tak beraturan bukan karena suatu penyakit. Tidak ada kesalahan apapun dalam sistem pernapasanku. Ini hanya karena dilanda takut, tidak lebih.
          Aku diam. Kucoba mengendalikan diri. Untuk sekedar menyeiramakan degup jantung dengan milik manusia normal.
          Harapan yang selalu coba kubangun dalam gemetar muncul dan menguat. Itu adalah kebahagiaan yang selalu kudengungkan pada dinding dan langit-langit kamar sebelum malam membuatku terlelap. Di sana terlihat nyata aku dan kamu. Utuh, bersama bunga-bunga yang dengan apiknya kautanam di beranda rumah kita. Penuh kasih kamu dan aku berbagi senyum, berbagi makna.

KULIHAT arloji. Angka berdua belas itu masih saja mengejekku. Rasanya selalu ingin aku menghajarnya. Entahlah, sepertinya mereka benar-benar tidak paham artinya takut kehilangan. Napas tak beraturanku, keringat bercucuranku coba enyahkan mimpi tak menyenangkan itu. Aku tak ingin aku dan kamu menjadi jauh.
          Hidup yang suram adalah hidup tanpa cahaya. Itu akan jadi nyata seandainya kamu, matahariku, meredup dan menjauh. Dan jika itu menjelma, kasih, aku sungguh-sungguh takut. Untuk sekadar berdiri tegak menatapmu melangkah, sungguh, aku teramat sangat tak menginginkannya. Percayalah, kamu dan nadiku telah jadi sama bermaknanya mengantar energy ke seluruh tubuhku.
          Aku hanya punya satu keinginan: sukses hidup bersamamu. Kerlip bintang di malam, matahari hangat di siang, akan mampu membantuku meyakinkan padamu. Untuk detik yang tak pernah berdusta, suara yang tak pernah berkilah, aku selalu ingin kita bersama.
          Tinggal menunggu waktu. Akankah Tuhan mengizinkan, akankah Ia menghendaki. Nanti tiba saatnya semua terjawab. Takutku kehilanganmu semoga hanya sesaat. Itu karena kenyataan nantinya akan membayar kesetiaanku menunggu.
          Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar