–Satu
Pagi,
Hangat matahari mengharumkan
pandangan.
Langit cerah, kupu-kupu
bergumul dengan kehangatan.
–Dua
Siap, aku bergegas.
Membuka pintu, menyambut
cerah yang kaujanjikan hari ini.
–Tiga
Segar parfummu benar-benar
membuat hitam menjadi putih.
Kelopak mataku saat
kupejamkan mata menjadi pelangi karenanya.
–Empat
Sepanjang jalan,
kaudendangkan lagu yang sangat aku kenal,
Lagu yang hanya kau dan aku
yang tahu,
Yang aku ciptakan, kuberi
judul sama dengan nama kau.
– Lima
“Dengan apa kita habiskan
waktu?”
Tanyamu dengan senyum
bidadari.
“Dengan keindahanmu..”
Ah, aku tak pandai
menggombal.
–Enam
Rencana kita diganggu hujan.
Terpaksa kita berteduh: agar
tak basah.
Di sebuah taman kita
berhenti.
Maaf ya, aku tak bawa jas hujan.
–Tujuh
Di taman itu, kita lihat
mawar kedinginan.
–Delapan
Hujan berhenti, tapi kau tak
hendak melanjutkan perjalanan.
Kau berkata senang melihat
mawar yang basah itu. Jadilah kita di sana.
–Sembilan
Lihatlah ke sana. Ada
pelangi!
–Sepuluh
Hawa hujan masih terasa.
Mawar yang kausuka pun masih
basah.
Tapi lapar membuat kita
harus meninggalkan taman itu.
Kau tampak enggan berpisah
dengan mawar-mawar basah itu.
Hendak kupetik bunga itu,
andai tulisan di papan peringatan itu tidak terbaca.
–Sebelas
Lalu aku berjanji akan
membelikan yang seperti itu untukmu,
walau aku tak tahu apa ada
yang menjual mawar basah.
–Dua Belas
Selepas makan, seperti
biasa, kita menonton film yang kausuka.
Aku tak begitu paham jalan
ceritanya
: karena yang kuperhatikan
cuma cahaya di ruangan gelap itu.
Bukan layar, kau!
Maaf, sudah kukatakan aku
tak pandai gombal.
–Tiga Belas
Hampir malam, kau tak boleh
pulang larut malam.
Jadi kuantar kau pulang.
–Empat
Belas
Sebelum kau masuk rumah,
kuberikan mawar yang kujanjikan.
Memang tidak basah.
Silakan kaubasahi sendiri,
jika kau mau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar