Tanpa sadar
kudendangkan lagu itu. Dia, yang duduk di sampingmu, menatapku, heran.
“Kenapa tiba-tiba nyanyi?” tanyanya. Tatap matanya
menanyakan itu membuatku makin terpesona: bulan jadi tiga!
“Terbawa suasana.
Kenapa, suaraku jelek ya?”
Senyum manisnya menjadi
jawaban.
Kuletakkan tanganku di
bahunya, disandarkannya kepalanya di bahuku. Kembali kami memandangi langit
malam.
“Dingin?” tanyaku.
Dia jawab dengan
senyum, lagi. Manis! Makin kuerat rangkulanku. Makin erat ia di bahuku.
Malam itu menjadi milik
kami, sampai weker menyadarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar