Translate

Minggu, 16 Juni 2013

SESAL

MALAM masih menemaniku menyusuri jalan menuju taman itu. Kegelapan tak mampu diusir lampu jalan yang berjejer di tempat ini. Jalan menuju tempat itu memang selalu sepi. Jarang sekali pengguna kendaraan pribadi melintas di sini.
          Aku rindu kamu malam ini.
          Aku tak mengharapkan pertemuan denganmu. Tidak. Aku tahu itu tak akan mungkin terjadi. Dengan alasan apa pun, kamu pasti tidak akan mengiyakan ajakanku. Untuk apa aku, masa lalumu, mengajakmu bertemu? Lelakimu pasti takkan mengizinkan, kan?
          Lagipula aku tak mau menggangu keharmonisan rumah tangga kalian.
          Lalu untuk apa aku berjalan kini? Aku hanya ingin mengunjungi tempatmu. Tempat kita. Tempat di mana dulu kita pernah memimpikan masa depan bersama.
          Hanya kenangan dan cinta yang masih melekat kuat yang kini kupunya.

TEMPAT ini masih mengenaliku. Ia masih menghadirkan senyumanmu saat kusampai. Anginnya masih membawa aroma parfummu. Gesekan dedaunan itu masih mendesiskan namamu.
          Di bawah lampu taman yang dipenuhi laron itu biasanya kita duduk berdua. Lihat! Bahkan laronlaron itu masih mengenaliku juga. Mereka mengerubungiku seperti dulu.

DI TEMPAT ini aku selalu menyesali kebodohanku. Ya, benar. Penyesalan memang selalu datang belakangan.
          Untuk apa dulu aku tergoda pada wanita lain jika akhirnya aku sadar bahwa tidak ada yang lebih baik darimu? Untuk apa dulu aku ragu padamu jika akhirnya aku yakin kamulah sesungguhnya yang paling tepat?
          Kebodohan masa lalu membunuh sadarku. Padahal aku mengenalimu. perempuan hebat yang selalu gigih pada sikapnya. Perempuan hebat yang takmudah goyah pendiriannya. Padahal aku mengenalimu, sekali kamu bilang tidak, artinya tak akan pernah ada kata iya.
          Maafku kamuterima, tapi balasan cintaku tak lagi kamupunya.

WAKTU berjalan lamban setelah itu. Semua serba hitamputih. Tak ada kelir yang mewarnainya. Tak ada cat untuk menghidupkannya.
          Malam setelah kamunyatakan putus denganku—kuingat betul—adalah malam terburam selama seperempat abad lebih aku hidup. Paginya tak kutemukan SMS-mu dan selamat paginya. Menjelang zuhur tak ada yang mengingatkanku untuk ibadah. Sebelum pulang kerja tak ada kalimat yang memintaku hatihati di jalan. Sesampainya di rumah tak ada yang memarahiku untuk mandi. Tak ada lagi obrolan menjelang tidur. Tak ada lagi ucapan selamat istirahat.
          Tak ada lagi.

DI TAMAN ini, kini, aku meratap lagi. Betapa kebodohan benarbenar membenamkanku dalam penyesalan.
          Dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar